When Life Gives You Tangerines (2025): Cerita Tentang Kehidupan dan Cinta Seorang Anak Perempuan



Bulan Maret kemarin rasanya lini masa dipenuhi dengan obrolan seputar When Life Gives You Tangerines (WLGYT). Serial ini katanya memang banyak ditunggu-tunggu oleh para pencinta drakor. Bagaimana tidak? Ada IU dan Park Bo Gum yang mengisi lini pemeran utamanya.

Aku sendiri baru menontonnya di akhir bulan April, dan selama itu juga aku berusaha menghindari segala jenis spoiler yang bertebaran di media sosial. Kesimpulanku setelah selesai menontonnya adalah, ini salah satu serial drama bergenre slice of life yang bagus banget buat ditonton.

Sinopsis

Ae Sun dan Gwan Sik sedang berjalan di ladang bunga canola

WLGYT adalah drakor yang menceritakan tentang perjalanan hidup seorang anak perempuan bernama Ae Sun. Kita akan melihat bagaimana kehidupan Ae Sun sejak ia masih kecil hingga dewasa dan memiliki anaknya sendiri, tentu tidak lepas dari kehidupan dan lingkungan sekitarnya. 

Kehidupan Ae Sun dibagi beberapa babak saat ia masih menjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga menjadi seorang ibu. Ae Sun kecil digambarkan sebagai anak pemberani yang gigih memegang mimpinya. 

Drakor ini menceritakan kehidupan secara umum, hal-hal biasa dan banyak dialami orang-orang. Nggak heran, ceritanya jadi sangat relatable, bahkan di beberapa bagian rasanya seperti melihat kehidupan sendiri yang dijadikan serial drama, haha, sambil ketawa getir. Contoh drakor yang bisa dibilang paling dekat dengan genre yang diusung WLGYT misalnya, Reply 1988. Kamu sudah nonton?

Sinematografi

Ae Sun mengejar Gwan Sik yang meninggalkan Pulau Jeju

Perjalanan hidup seorang anak bernama Ae Sun ini juga divisualisasikan dengan sinematografi yang apik. Nggak hanya memberikan visual yang indah tentang kehidupan di Pulau Jeju, WLGYT juga menjadikan visual sebagai media untuk menggambarkan suasana hati karakternya. Misalnya, lewat visual empat musim untuk menggambarkan perkembangan alur, situasi laut dan badai untuk merepresentasikan suasana hati Ae Sun dan Gwan Sik, dan masih banyak lagi. 

Drakor yang Puitis


Mimpi Ae sun adalah menjadi seorang penyair, cita-citanya konsisten diungkapkan sejak ia masih kecil. Hal yang membuatnya istimewa adalah bagaimana sutradara dan penulis membuat drama ini layaknya rangkaian bait-bait puisi yang menyentuh. A very poetic series. 

Ini adalah beberapa potongan puisi yang sangat menyentuh buat aku,
“I thought that once you grew up, your hands and heart would naturally become calloused. But everything’s still too hot for me. I get burned every day, but it hurts every time. Am I the only fool in the world? Is there anyone else adulting just fine?”-Ae Sun

"This loss is a hole, not one that can be filled, but one I will weave into the fabric of who I will become. You are a flower that bloomed only for a moment, giving a brief scent. I will remember forever." -Ae Sun

"Maybe your love is the only thing in this world that asks for nothing from me. And maybe, just by staying alive, by being here, I am giving more than I realize." - Geum Yeong

 Perjalanan Mimpi Seorang Ibu

Gwang Rye berbicara kepada Ae Sun tentang mimpi

Setiap orang bisa bermimpi, memiliki cita-cita, ambisi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Kalimat tadi tidak sulit untuk dipahami, dan berlaku untuk siapa saja. Namun, bagi seorang ibu pada umumnya, kalimat itu tidak bisa diaplikasikan sesederhana itu. 

Tidak ingin memukul rata, namun banyak terjadi, terutama di lingkungan yang menganut sistem patriarki. When Life Gives You Tangerines memberikan gambaran bagaimana pada masa itu mimpi-mimpi perempuan dikerdilkan dan pendidikan dikesampingkan. 

When Life Gives You Tangerines seperti angin segar dan memberikan semangat untuk para ibu. Lewat kisah tiga generasi dari Gwang Rye-Ae Sun-Geum Yeong, drakor ini seolah memberikan afirmasi bahwa mimpi-mimpi perempuan bisa terus hidup, tak kenal kadaluarsa dan bisa diwujudkan.

Bagian ini, membuatku kembali merefleksikan kembali perihal mimpi seorang ibu. Sebagai seorang anak perempuan dan juga seorang ibu, aku ingin bilang, sebelum menjadi ibu, kita adalah perempuan, yang memiliki goals, cita-cita, dan ambisi. Jika saat ini rasanya belum tepat waktu untuk wujudkan mimpi, bukan berarti ia menjadi basi. Jika hari ini kita masih punya mimpi yang sama dengan 10-20 tahun lalu, itu bagus. Namun, kalau berbeda pun, tak apa.

Catatan Penting Tentang Patriarki

Ae Sun menghadang mobil

When Life Gives You Tangerines memiliki setting waktu di tahun 1950-an, jadi kebayang, ya, betapa patriarkisnya sistem masyarakat yang berlaku saat itu. Salah satu yang aku highlight perihal ini adalah, bagaimana sistem ini begitu subur di masyarakat dan dilanggengkan pula oleh perempuan. Namun, menurutku, mereka yang melanggengkan adalah mereka yang memiliki trauma(menjadi korban) karena hidup di tengah sistem ini.

Gwang Rye adalah anomali di tengah sistem masyarakat patriarki. Ia ingin anak perempuannya mengejar mimpinya untuk tetap sekolah, masuk ke perguruan tinggi dan jadi penyair, dari pada menjadi seorang haenyo yang setiap hari bertaruh nyawa. Ae Sun melepaskan mimpinya untuk bisa kuliah, namun tidak ingin nasibnya yang harus melayani keluarga suami, karena ekspektasi tradisi, diteruskan oleh anaknya.

"I don’t want her to set the table; I want her to flip the table.” - Ae Sun

Memiliki idealisme untuk menentang sistem adalah sebuah keberanian. Ae sun dan Gwang Rye adalah tokoh revolusioner nan progresif di drama ini. Dengan keteguhan yang dimilikinya, mereka pun tetap memiliki sisi kelembutan seorang ibu. A matriarch that you are! 

Penutup    

Gwang Rye dan Ae Sun

Aku bisa bilang drakor ini kaya akan makna yang terkandung di dalamnya. Beautifully written and magnificently crafted. Nggak heran, drama ini punya skor hampir sempurna di website IMDB dan Rotten Tomatoes. Well deserved! Buatku, When Life Gives You Tangerines adalah salah satu drama terbaik yang aku tonton di tahun 2025.

Ah, lega sekali akhirnya aku bisa menumpahkan kecintaanku dengan drama ini di sini. Buat kamu yang sudah nonton, apa yang membuat kamu terkesan dengan drama ini? Cerita di kolom komentar, yuk!

Ibu yang masih belajar,



0 comments