Monday, August 19, 2024

Review Pemakaian Kindle Paperwhite 10th Generation Setelah 6 Bulan


Halo! Selamat datang di terasku!

Hari ini aku mau cerita tentang pemakaian Kindle sebagai ebook reader selama 6 bulan terakhir. Jadi, buat kamu yang mungkin masih maju-mundur untuk beli Kindle. Semoga postinganku kali ini bisa membantu kamu, ya! Keep scrolling!

Sebelumnya aku cerita sedikit dulu, ya, tentang kebiasaan membaca selama ini. Aku sebenarnya termasuk orang dengan tipe pembaca lambat (slow reader), yang mungkin dalam satu tahun hanya menyelesaikan 5 buku saja. Sebelum menggunakan Kindle, aku biasanya membaca di buku fisik maupun lewat gawai berbasis Android atau di rumah lewat tablet berbasis iOS lewat aplikasi Google Play Book. 


Membawa buku fisik memang menyenangkan, ya, kadang membayangkan diri sendiri sebagai “main character” saat ada di transportasi umum sambil pegang buku, hahaha. Segala fantasi tentang main character itu buyar ketika aku menyadari, kok, lama-lama harganya tambah mahal? Terlebih, aku baru tahu kalau harga-harga ebook (lokal maupun impor) bisa lebih murah.


Aku pun coba eksplor opsi lain untuk membaca dengan beralih ke Google Play Book yang aplikasinya bisa diakses dari handphone yang aku bawa ke mana-mana. Setelah kurang lebih selama 1 tahun aku membaca lewat Google Play Book, aku mulai terekspos dengan konten-konten ebook reader, khususnya Kindle. Nah, setelah kurang lebih 6 bulan ada di fase tarik ulur untuk beli, aku memutuskan untuk membeli versi preloved dari Kindle Paperwhite 10th Generation


Penampakan Kindle Setelah 6 Bulan Pemakaian

Pardon my screen guard! Hahaha aku nggak bisa pasangnya, jadi fail dan bergelembung


Buat Kindle sendiri sebenarnya ada beberapa tipe, seperti Basic, Paperwhite dan Oasis. Nah, aku pakai Kindle Paperwhite 10th Generation dengan kapasitas 8 GB. Di seri Paperwhite ini sebenarnya ada beberapa warna seperti, hitam, putih, plum dan hijau. Tapi, karena yang sedang available di toko yang aku beli ini warna hitam dan memang di toko ini seringnya mode “war”, akhirnya aku checkout yang warna hitam yang kebetulan tersedia. Aku spill tokonya di akhir pos, ya.


Dari segi kapasitas, 8 GB angka yang cukup banget buat simpan buku. Menurut info dari website Amazon, dengan kapasitas 8GB, kamu bisa menyimpan hingga 6.000 buku. 


Hal yang Bisa Jadi Pertimbangan Kamu Sebelum Beli Kindle


Nah, setelah pemakaian selama 6 bulan, ini review-ku tentang penggunaan Kindle.


✅ Cocok untuk yang Membeli dengan Tujuan Kenyamanan



Membaca lewat Kindle memang memberikan pengalaman membaca yang nyaman. Terlebih karena kita nggak perlu membawa buku yang memakan tempat dan menambah beban tas. Ini cukup penting, sih, buatku yang tanpa tambahan buku pun bawaannya sudah banyak karena harus bawa perlengkapan anak juga. Ditambah, aku tipe pembaca yang baca buku >1 buku dalam satu periode waktu. Jadi, kalau bosen sama buku A, aku akan “istirahat” dan baca buku yang lainnya. Capek lah kalau harus bawa lebih dari 1 buku plus bawaan yang sudah segembol, haha.


Kenyamanan sifatnya memang subjektif. Bisa mendapat pengalaman membaca seperti dari kertas, bisa “membawa lebih dari satu buku” dan ringan, itu sudah nyaman, buat aku. 


✅ Minim Distraksi karena Fitur yang Terbatas


Ebook reader ini memang hanya fokus sebagai alat baca saja, jadi fitur-fiturnya pun dibuat sangat terbatas. Buat banyak orang, mungkin fitur ini nggak terlalu berpengaruh, karena toh di handphone atau di tablet ada fitur airplane mode. Tapi, buat aku ini salah satu kelebihan dari ebook reader buat bikin aku lebih fokus untuk baca aja, sih, di device ini. 


Nah, karena fitur yang terbatas ini, dampak lainnya adalah batre Kindle jadi super irit karena fiturnya nggak makan banyak daya. Aku cukup charge satu bulan sekali untuk pemakaian 3-4x setiap hari dengan durasi per pemakaian kurang lebih 10-15 menit.


✅Bisa Membaca E-book dengan Format MOBI atau PDF


Dokumen yang bisa dibaca di Kindle sebenarnya nggak hanya e-book yang kita beli di Amazon saja. Kalau kita punya e-book lain dengan format MOBI atau PDF, e-book tersebut bisa kamu transfer ke Kindle. Kamu bisa menggunakan fitur Send to Kindle lewat website.


Tapi, menurutku membaca dengan format MOBI di Kindle lebih nyaman dibandingkan PDF. Ini karena format zoom in-zoom out-nya dapat fokus untuk mengatur font size, sementara pada format PDF fokusnya hanya pada halaman. Untuk melakukan convert ke format MOBI, kamu bisa menggunakan aplikasi Calibre. Di aplikasi tersebut kamu juga bisa sekaligus transfer ke Kindle setelah menyambungkan Kindle ke PC.


❌ / ✅ Bisa Dapat Pilihan Buku yang Banyak Banget



Nah, yang ini sebenarnya tergantung dengan kebutuhan masing-masing
. Sebelum menyimpulkan apakah kamu bisa akses banyak atau sedikit buku, mungkin perlu crosscheck riwayat buku-buku yang biasanya kamu baca. Apakah buku-buku berbahasa Inggris? Ataukah buku-buku berbahasa Indonesia? Untuk Kindle, kamu hanya bisa membeli buku dari Amazon karena Kindle notabene produk dari Amazon. 


Jika melihat dari US user, mereka juga bisa melakukan peminjaman buku dari local library mereka. Tapi, jujur, sejauh ini aku belum tahu caranya dan apakah memang sudah terintegrasi dengan perpustakaan kita? Buat yang tahu infonya, bisa share di kolom komentar, ya. 


Salah satu kelebihan lainnya yaitu, di Amazon kita bisa download koleksi-koleksi buku klasik secara gratis. Beberapa waktu lalu aku juga download novel Animal Farm dan 1984 dari George Orwell dan Little Women dari Louisa May Alcott secara gratis.


Salah Kaprah Perihal Penggunaan Kindle yang Bisa Kita Hindari


❌ Slow Reader Berubah Menjadi Avid Reader dengan Pakai Kindle


Menurutku, kalau kamu adalah slow reader sepertiku, dan menaruh ekspektasi bahwa dengan membeli Kindle akan speed up reading pace kamu, mungkin nggak bisa terjadi sih. Kecuali, apabila memang ada masalah yang membuat kamu jadi pembaca lambat, dan itu berasal dari tools bacanya. Setelah memilikinya, aku tetap pada pace-ku yang lama. 


❌ Pengalaman Kurang Menyenangkan Buat yang Hobi Bikin Creative Annotation


Kindle memungkinkan kita untuk bikin highlight, dan memberikan notes di bagian-bagian tertentu pada bacaan. Namun, tentu lagi-lagi experience-nya akan sangat berbeda dengan kebiasaan memberikan sticky notes, mencoret, menggarisbawahi atau menambahkan catatan khusus dengan tulisan tangan di sticky notes, dll. 


❌ Bikin Kita Berhenti Beli Buku Fisik


Buat yang ini, bisa iya, bisa juga tidak. Tapi, aku masih beli buku fisik, sih, walau memang persentasenya sudah nggak sebanyak sebelumnya. Sekalipun buku fisik, biasanya buku preloved dan buku-buku untuk anak atau buku berbahasa Indonesia. Tinggal lihat, mana yang available atau lebih murah, hahaha. 


❌ Bikin Habit Membaca Lebih Ramah Lingkungan


Mungkin ada juga yang ingin membeli Kindle dengan alasan mengurangi buku cetak, apalagi setelah mengetahui kertas terbuat dari serat-serat kayu. Tapi, perlu diingat saat menggunakan Kindle kita juga harus memperhitungkan biaya dan jejak karbon yang harus dikeluarkan untuk membuat satu device Kindle, plus daya yang digunakan untuk charge selama pemakaian. Jadi, buat kamu yang ingin membeli Kindle dengan tujuan lebih ramah lingkungan, coba lihat postingan dari Buibu Baca Buku Book Club ini. Di postingan itu membahas secara lebih detail mengenai penggunaan ebook reader dan buku fisik.


Di mana bisa beli Kindle?


Buat versi barunya, kamu bisa beli di Amazon, tapi aku kurang tahu nih untuk urusan perpajakan dan durasi kirimnya. Kindle memang belum dirilis secara resmi di Indonesia. Namun, aku lihat beberapa toko yang terpercaya di Tokopedia dan Shopee juga banyak yang menjualnya.


Aku sendiri beli Kindle versi preloved, dengan kondisi yang masih baik dari akun Instagram yang menjual ebook reader (Kindle dan ebook reader berbasis Android). Buat yang mau ngulik, coba cek @kindle_preloved, ya. 

 

Tapi, sejauh ini, aku memang nyaman banget baca di Kindle dan bisa kusimpulkan, ini salah satu pembelian yang nggak aku sesalkan. 


Nah, itu tadi pengalamanku setelah menggunakan Kindle Paperwhite 10th Generation selama kurang lebih enam bulan terakhir. Semoga bisa membantu kamu yang lagi bingung mau Buy or Bye. Tapi, dengan apapun supporting tools, try to always make time to read, ya. 


Selamat membaca ya, teman-teman!





2 comments:

  1. Local library yg punya Kindle copy memang hanya US Libraries.
    Tapi buat org Indonesia, ada bbrp perpus yg bisa menerima orang asing, kita tinggal membeli non-resident library card, harganya beragam dari $25-$63 setahun. Klo udh punya kartunya kita bisa pinjam bukunya melalui OverDrive/Libby lalu kirim ke Kindle.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya, aku pernah denger nih yang Libby Library, tapi belum pernah tahu mekanismenya seperti apa. Thank you ya sudah sharing :)

      Delete