Saturday, June 19, 2021

Coco (2017): Perjalanan ke "Tanah Kematian" yang Punya Banyak Makna

Src: Youtube/Pixar

Sejak dirilis di tahun 2017, akhirnya di tahun 2021 saya baru memberanikan diri untuk menonton film ini. Alasannya karena "katanya sedih, belum siap mental". Nggak saya sangka, film ini memang bikin saya nangis sampai mata bengkak dan kepala pusing, tapi bukan jenis tangis karena adegan-adegan sedih. Film ini justru bikin hati jadi lebih hangat dengan cerita tentang keluarga dan pemaknaan soal kematian itu sendiri.


S I N O P S I S

Src: Youtube/Pixar

Adalah Miguel yang hidup bersama keluarganya di sebuah kota bernama Santa Cecilia, Mexico. Miguel adalah anak yang sangat mencintai musik, namun karena rasa benci yang secara turun-temurun ada di keluarganya, ia dilarang untuk bermain musik. Sampai pada suatu hari, di malam perayaan "Dia de Muertos" atau hari perayaan untuk orang yang sudah meninggal, Miguel nekat mencuri gitar seorang musisi legendaris Ernesto de La Cruz yang justru membuatnya terjebak di "Land of the Dead" atau tanah kematian. Film ini akan menceritakan tentang perjuangan Miguel untuk kembali ke dunia nyatanya sebelum matahari terbit di esok hari, namun juga mencari jawaban, "Mungkinkah Miguel dapat bermain musik dan mengejar mimpinya?"

A N G K A T  K E B U D A Y A A N  M E X I C O

Src: Secretariat of tourism Aguascalientes

"Dia de Muertos" atau hari perayaan untuk orang yang sudah meninggal adalah salah satu unsur budaya yang diangkat dalam film Coco. Dalam kebudayaan Mexico ini, mereka percaya bahwa para leluhur atau orang-orang yang sudah meninggal akan kembali ke dunia kita untuk mengunjungi keluarga mereka di hari perayaan. Untuk itu, setiap keluarga akan menaburkan bunga menuju rumah mereka sebagai penunjuk jalan para leluhur, membuat makanan kesukaan yang akan ditaruh di pemakaman serta memajang foto mereka agar orang-orang yang sudah meninggal ini tahu arah pulang.

Src: Youtube/Pixar

Kebudayaan yang diangkat Pixar kali ini adalah perayaan kematian yang sekilas mungkin akan terdengar suram. Namun sebaliknya, Coco justru hadir dengan nuansa yang cheerful dengan warna-warna cerah serta musik yang menyenangkan. Ini membuat hari perayaan untuk orang yang sudah meninggal memang benar-benar layak dirayakan, karena ini adalah momen yang tepat untuk mengingat setiap kebaikan orang-orang yang sudah meninggal.

I can say that I can relate to this part a lot. Dan pas banget, sebelumnya juga saya pernah menulis hal serupa tentang mungkin akan lebih mudah jika kita mengingat kebaikan orang-orang yang sudah berpulang, daripada memikirkan sakitnya kehilangan. Saat menonton Coco, rasanya seperti diingatkan lagi dengan pendekatan yang lebih menyenangkan dan hangat. Film yang menceritakan tentang dunia kematian ternyata bisa se-cheerful ini ya?

W A R I S A N

Src: Youtube/Pixar


Saat mendengar kata warisan mungkin kita akan teringat tentang harta, benda atau aset yang dilimpahkan dari orang-orang terdahulu ke generasi-generasi yang lebih muda. Namun, Coco memberikan sudut pandang baru soal "warisan". Nggak hanya soal harta benda, keluarga juga bisa rasa kebencian dan kesalahpahaman yang bisa diteruskan hingga ke banyak generasi setelahnya. Menyedihkan tapi nyatanya hal ini masih sering terjadi. Kalau mewariskan harta benda sampai dana darurat ke anak cucu masih susah paling tidak, nggak usahlah mewariskan rasa benci ke anak cucu nanti. Hehe. 

Di film Coco banyak banget hal-hal yang sifatnya turun-temurun dan bertahan dari generasi ke generasi, baik itu perayaan "Dia de Muertos" itu sendiri, kebencian dan kesalah pahaman bahkan hal-hal yang disukai seperti kecintaan pada sepatu atau musik. Dalam skala yang lebih besar, sebuah nilai memang bisa bertahan dari satu generasi ke generasi lainnya, tinggal bagaimana perjuangan untuk mempertahankannya atau bahkan sampai pada keputusan untuk memutusnya saja.

P E N CA R I A N  M I M P I

Src: Youtube/Pixar


Berbeda dari anggota keluarga lainnya, Miguel tetap mencintai musik dan mimpinya adalah bermain musik. Bagi saya, perjalanannya di tanah kematian juga sebagai perwujudan untuk terus mengejar mimpi (sampai mati). Perjalanan Miguel sangat menarik karena ia gak hanya berjuang untuk bermain musik tapi juga menemukan fakta-fakta tentang keluarganya yang selama ini terjebak dalam kesalah pahaman. 

Src: Youtube/Pixar

Coco punya cerita yang menarik untuk diikuti dari awal sampai akhir, apalagi dengan layer cerita serta latar belakang setiap karakternya. Karakter utama yang disebut dari awal sampai akhir di tulisan ini juga banyak menyebut Miguel, lalu siapa Coco? Coco adalah "Mama Coco", sosok yang karakternya terlihat pasif tapi diam-diam menjadi core cerita film ini. 

Walau sudah lama dirilis, rasanya saya nggak menyesal baru menontonnya saat ini. Coco memang salah satu film Pixar yang paling tidak harus tidak ditonton satu kali seumur hidup. Bagi saya, Coco berhasil mengadaptasi unsur budaya Mexico "Dia de Muertos", kemudian memberikan sudut pandang lain tentang kematian yang tidak harus selalu dihadapi dengan kesedihan, belum lagi dengan ikatan keluarga yang kuat menegaskan bahwa keluarga selalu punya tempat yang penting walau mereka sudah berpulang, even if they're gone, the memories (and the kindness) lives on. Oh iya, lagu Remember Me versi lullaby resmi masuk ke daftar putar saya. 

Terima kasih Coco, sudah menghangatkan hati saya dengan cara yang nggak saya duga.


Remember me, though I have to say goodbye, Remember me?

1 comment:

  1. Waaaaah ini adalah salah satu film animasi favorit banget 😍 dan bener banget Mba film ini bikin banjir air mata banget! Ya ampun berapa kali nonton tetep aja nangis mulu padahal udah tau juga bagian yang sedihnya tapi tetep aja ya...

    Btw sama banget Mbaaa lagu 'Remember Me' tuh aku ulang-ulang terus saking bagusnyaaa

    ReplyDelete