Thursday, March 12, 2020

Orang-Orang di Kedai Kopi

Latte dan donat


Hari Minggu malam saya mampir lagi ke Kedai Kopi Kani di bilangan Bintaro. Sebelumnya, menyempatkan diri menonton film yang sudah masuk ke watch-list, Onward. Film dengan animasi biasa saja tapi punya story line yang sangat unik, dan anehnya ada beberapa scene yang sangat mirip dan pernah saya rasakan. Mungkin perlu satu postingan lain, khusus untuk Onward dan bagaimana film ini bisa media yang tepat untuk grieving dan merayakan perpisahan untuk menyambut pertemuan-pertemuan setelahnya.

Karena cukup terguncang, saya butuh tempat untuk menyendiri, menetralkan hati dan otak sebelum ke rumah. Kedai kopi ini nggak berubah, masih ramai tapi yang saya suka, tidak bising. Pas untuk saya yang nggak mau merasa kesepian tapi nggak mau sendirian. Di Kopi Kani, saya duduk di tempat  yang sama saat saya datang sebelumnya(mungkin lain waktu saya ke sana harus saya foto). Di pojok ruangan, saya bengong sambil mengamati orang-orang yang berkunjung.



1. Ada satu keluarga. Si Ayah sibuk otak-atik HP, keluar masuk ruang chat WhatsApp, siap-siap untuk materi presentasi besok Senin atau... Sekadar baca perang komen di lama Facebook. Si Anak bergulat dengan skripsi/tesis/lapraknya. Eyes on the screen. Si Ibu, sibuk membaca buku karya bapak yang namanya gabung di tengah-tengah kelompok margin kiri, Karl Marx.

2. Sepasang kekasih masuk ke kedai, duduk saling berhadapan, saling bercengkrama dan bertukar tawa. Beberapa kali yang perempuan mengeluhkan dosen pembimbingnya, si laki-laki menanggapi dengan santai sambil sesekali tertawa.

3. Pembicaraan ambisius yang strategis terdengar sayup-sayup dari pojok ruangan lainnya. Ada seorang laki-laki berumur hampir setengah abad yang sedang berbicara pada laki-laki berumur 20-an tentang bisnis properti, dan bagaimana ladang ini sangat menggiurkan.

4. Dua perempuan di meja lainnya, sibuk scroll timeline media sosial. Scroll lagi, scroll terus. Lihat beauty influencer, dari yang beri tips untuk tutupi apa yang bikin nggak percaya diri, sampai yang menelanjangi diri agar orang percaya mereka juga punya kekurangan.

5. Skripsi lagi skripsi lagi, meja lainnya dipenuhi orang mengerjakan skripsi. Mau mengeluh tapi besok Senin. Mau mengeluh tapi energi untuk mengeluh bisa buat mengerjakan satu alinea di bab dua. Jadi pilih mana?

6. Di luar, satu meja diisi orang yang sibuk melepaskan tawa dan asap yang sama banyaknya. Tertawa sekaligus berbincang soal apa saja. Dari karir, cicilan sampai harga skin mobile lejen.

7. Meja lainnya diisi orang orang yang lebih kompetitif dengan gim mereka sendiri. Saling serang, tapi nggak bikin berang, namanya juga hanya untuk senang-senang.

Kedai kopi memang nggak pernah sepi. Tapi nggak tahu kan, berapa banyak yang bersembunyi dan bangun tembok super tinggi? Kelihatannya memang sama-sama berbagi tawa haha-hihi, tapi siapa yang tahu kalau ternyata hanya karena rasa nggak enak hati?



Sudah hari Kamis, sedikit lagi.

1 comment:

  1. Sukaa tulisannya. Jadi kangen nongkrong sendirian di cafe sambil ngeliatin tingkah orang-orang.

    ReplyDelete