Friday, January 8, 2021

The Ideal Morning (That Might Only Last A Day)

A morning selca


Selama WFH saya jadi sering menonton Channel Youtube tante-tante Korea Selatan yang mengabadikan kegiatannya selama sehari. Ada yang mengulik resep untuk mengolah roti tawar, mie hingga memperlihatkan tugas-tugas domestik lainnya yang dikemas secara estetis dan lagu tema yang syahdu. Lengkap dengan baris demi baris skrip yang menunjukkan pikiran yang mindful dari perspektif seseorang yang selalu di rumah dan tetap mencapai kebahagiaannya. Nah, yang menarik dari vlog-vlog yang saya tonton ini adalah, mereka selalu memulai ceritanya dari kegiatan-kegiatan di pagi hari. 

Ngomong-ngomong soal pagi, selama ini saya selalu percaya, mood di pagi hari sangat bisa mempengaruhi mood dalam satu hari penuh. If you're having a bad situation but you had a very good morning, you can easily take that as "challenge", otherwise it will be the same as bad luck. Mungkin ini hanya sesederhana "permainan kata" dalam mendefinisikan sebuah situasi ya, tapi untuk saya pribadi, ini punya dampak yang besar lho, terutama dalam menyikapi sesuatu.


Apalagi beberapa minggu terakhir saya mengalami masalah tidur yang bisa dibilang cukup mengganggu. Masalahnya nggak hanya ke badan, masalah tidur juga secara langsung mempengaruhi produktivitas saya sepanjang hari, dari merasa lelah hingga susah mencari ide kreatif. Nah, yang paling bikin sebal ya tentu saja bagaimana ini berpengaruh ke kondisi kulit saya yang kian menurun, seperti bagian bawah mata yang lebih gelap, mata yang lebih sayu, punya double eye bags, wajah kusam hingga munculnya jerawat di beberapa area wajah.

Dan ini semua tentu saja membuat pagi saya menjadi buruk juga. Bangun dengan cemas, terburu-buru buka laptop, cek hp untuk presensi, lalu mempersiapkan diri sebelum memasuki jam masuk kerja. Hasilnya? Saya hampir tidak punya waktu untuk saya sendiri, untuk charge energy sebelum bekerja. Di sini saya merasa manajemen energi saya sungguh-sungguh buruk. Nggak heran kalau saya jadi mudah merasa lelah, tapi yang bikin saya kesal, kelelahan-kelelahan ini nggak juga bikin saya ngantuk dan tertidur pulas.

Jadilah saya mulai mencoba berbenah diri dengan membetulkan jam tidur dan rutinitas pagi saya, apalagi dua hal ini penting untuk menjaga mood saya seharian. Dimulai dari jam tidur; Sebelumnya saya biasanya selalu tidur setelah Subuh atau paling lambat jam 6 pagi lalu "tidur-tidur ayam" sampai jam 9 pagi, dan di sekitar waktu itu saya harus presensi dulu. Akhirnya sekarang saya mencoba untuk memposisikan diri dalam kondisi tidur walau dalam keadaan tidak mengantuk maksimal sejak pukul 10 malam. Berita baiknya, dari yang awalnya butuh 3 jam lamanya sampai saya bisa tertidur, kini kurang lebih 1 jam saya sudah bisa tertidur. Still need a lot of progress tho.

Terkadang saya masih terbangun di jam 3 atau jam 4 pagi, bukannya kesal karena nggak bisa mendapatkan tidur ideal selama 7 jam lamanya, ternyata saya justru menemukan formula atau starter pack untuk mendapatkan satu hari yang membuat saya merasa "utuh". Untuk saya pribadi, ternyata saya memang harus punya waktu untuk charge diri sendiri dulu sebelum melakukan hal yang lainnya. Saat energi diri sendiri sudah penuh, rasanya lebih mudah untuk saya melakukan aktivitas yang lainnya, terlebih lagi, saya cenderung bebas dari rasa cemas atau panik.

Formula pagi ideal-untuk saya, yang saya temukan di antaranya seperti ini,
  • Salat Tahajud
  • Salat Subuh
  • Dzikr Pagi & Tilawah
  • Jalan kaki atau jogging tipis-tipis
  • Mandi
  • Salat Dhuha
  • Sarapan
________________________________________
  • Presensi
  • Mencatat to-do-list hari ini sambil mendengarkan ASMR cafe/cooking vlog
  • 30 menit - 1 jam melakukan tugas rumah
  • Kerja

Oh iya, selain tentang menyiapkan waktu untuk charge energy sebelum memulai hari, saya juga jadi ingat akan satu hal. Saya pernah percaya dan mengamalkan petuah ini, "Selesaikan dulu urusanmu dengan Allah, agar urusanmu dengan manusia dipermudah". Agak lupa ini dengar dari siapa tapi semasa kuliah saya cukup konsisten mengamalkannya. Dasar manusia tempatnya lupa dan kadang nggak kuat sama komitmen. Maka, dua bagian di formula yang sebelumnya saya sebut tadi nggak hanya menyampaikan bagaimana saya "mengisi daya" untuk diri sendiri tapi juga mengutamakan waktu untuk "berkomunikasi" dengan Sang Pencipta.

Nah, ideal banget kan? Tapi, pagi yang seperti ini nyatanya nggak atau belum terjadi setiap hari kok. Seperti judul postingan kali ini, the ideal morning (that might only last a day). Saya sendiri juga ikut menertawakan diri sendiri saat tahu gimana besoknya saya sudah merasa malas jalan kaki dan cari-cari alasan, "Kemarin kan udah, masih sakit nih kakinya, hari ini rehat dulu deh". Tapi, hanya karena ada hal yang nggak tercapai dari poin-poin tadi bukan berarti hari saya akan menjadi seburuk-buruknya hari kan? Ya kayak mungkin dari tingkat excellent turun jadi good, tapi bukan bad. 

Kenapa masih bisa mikir gitu? Soalnya beberapa hari lalu saya sempat ngobrol sama sahabat saya, dia cerita gimana dia selalu bikin goals jangka pendek yang akan bikin self reward jadi berarti dan nggak beranjak ke hal yang positif. She reminds me that small goals keep the fire burning. Jadi deh, mulai sering bikin goal-goal kecil setiap hari yang hasilnya bikin semangat, dan jadi bisa lebih menikmati hidup sedikit demi sedikit. Oh iya, self-reward juga nggak mesti sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal material kok.

Ini juga efektif sih buat cutting self-blaming. Misal hari ini saya tidak bisa memenuhi semua bullet point dari formula pagi ideal, tapi ya sudah, bukan berarti sehari jadi buruk, hina dan nista. Di bagian ini saya jadi ingat salah satu obrolan dengan teman saya yang lain di restoran cepat saji saat saya cerita tentang hal-hal yang sering bikin saya overthinking, katanya "what's the worst thing that might happen if you do that?" Ya juga sih, apa sih hal yang paling buruk? In the end of the day, I can actually through it all, sooner or later and make it up to me, myself and I (dan ke Allah juga sih kalau ternyata khilafnya berkaitan sama YME, huhu).

Kriteria pagi yang ideal dibuat biar saya punya semangat untuk bagun pagi, memulai hari lebih pagi, dan bisa tidur dengan lebih berkualitas. Jika tercapai bagus, jika tidak tercapai semuanya ya bukan hal yang buruk. Yang jelas tipe pagi ideal untuk semua orang pasti berbeda-beda, berlaku hukum, "what works on me doesn't always work for anyone else". Jadi, coba temukan formula pagi ideal kamu ya!


From a night owl soon to be an early bird,





1 comment:

  1. Nice post kak. Setuju sekali. Saya pernah bertahun-tahun (kebetulan) kerja di stasiun TV yang membuat pola hidup berubah total. Siang buat tidur, malam buat kerja. Boro-boro buat tahuajud dhuha. sholat wajib aja kayak menggugurkan kewajiban aja.

    Remuk badannya kerasa setelah resign. Jauh dari pencipta, dan segala macam jenis keletihan yang rasanya bukan cuma fisik. Tapi ada ruang kosong yang lelah.

    Dan mati2an mengubah pola hidup 'normal' manusia pada umumnya. Alhamdulillah sekarang jadi morning person yang kegiatan hariannya termenej dengan benar lagi hehe.

    Salam kenal anyway ^^

    ReplyDelete